top of page

Gejala Penyakit Mulut yang Sering Terlihat pada Pasien HIV

drg. Refina | 31 Januari 2025

Gejala Penyakit Mulut yang Sering Terlihat pada Pasien HIV

Virus HIV yang dikenal sebagai Human Immunodeficiency Virus adalah infeksi kronis yang ditandai dengan fase asimtomatik (tidak bergejala) dan kondisi tersebut bertahan selama bertahun-tahun, kemudian ditandai dengan munculnya gejala awal akibat penurunan imun.

Virus HIV menyerang sel darah putih manusia, sehingga terjadi penurunan kekebalan tubuh yang mengakibatkan pasien mudah terserang penyakit dan merupakan penyebab penyakit AIDS. AIDS (Acquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya imun tubuh seseorang. Virus HIV dapat ditemukan di dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.

Faktor penyebab penyakit HIV/AIDS diantaranya dari hubungan seksual, kurangnya pengetahuan atau informasi tentang cara pencegahan penyakit HIV/AIDS, pekerjaan, jenis kelamin, kontak langsung dengan darah, jarum suntik yang tidak steril, pemakaian jarum suntik secara bersamaan, tranfusi darah yang tidak steril, penularan dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan atau setelah melahirkan.

Gejala HIV/AIDS terdiri dari 4 stadium. Stadium pertama disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik yaitu tanpa gejala. Fase ini belum masuk kategori sebagai AIDS karena tidak menunjukkan gejala. Penderita pada stadium pertama tampak sehat dan normal, namun penderita sudah terinfeksi dan bisa menularkan virus HIV ke orang lain.

Stadium kedua, imun pasien mulai menurun. Gejala awal yang tampak seperti penurunan berat badan drastis tanpa sebab yang jelas, infeksi saluran pernapasan dan radang tenggorokan, infeksi jamur pada kuku dan jari jari, herpes zoster yang timbul bintil kulit berisi air dan berulang dalam lima tahun, gatal pada kulit, dermatitis seboroik atau gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe, dan berwarna kemerahan serta radang mulut dan sariawan di ujung bibir yang berulang.

Stadium ketiga, mulai timbul gejala-gejala infeksi primer khas pada pasien HIV yang mengindikasikan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Gejala tersebut antara lain diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan tanpa penyebab yang jelas, penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan sebelumnya tanpa penyebab yang jelas, demam yang terus hilang dan muncul selama lebih dari satu bulan, infeksi jamur di mulut, bercak putih pada lidah yang tampak kasar, tuberkulosis paru, radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi (periodontitis) yang tidak kunjung sembuh, penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Stadium keempat merupakan fase akhir AIDS dengan gejala serius seperti pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh dan penderita dapat merasakan beberapa gejala infeksi oportunistik yang merupakan infeksi pada sistem kekebalan tubuh yang lemah. Beberapa gejala berat pada stadium akhir seperti pneumonia pneumocystis, kelelahan berat, batuk kering, sesak nafas, dan demam. Penderita semakin kurus dan mengalami penurunan berat badan lebih dari 10%. Infeksi bakteri berat, infeksi herpes simplex kronis yang menimbulkan gangguan pada kulit kelamin dan di sekitar bibir, tuberkulosis kelenjar, infeksi jamur di kerongkongan sehingga membuat kesulitan untuk makan.

Selain penyakit sistemik yang timbul pada pasien HIV/AIDS, penyakit di rongga mulut juga muncul akibat perkembangan dari infeksi oportunistik. Berikut beberapa penyakit di rongga mulut yang muncul pada pasien HIV :

1. Linear Gingival Erythema (LGE)
Terlihat seperti pita dengan warna kemerahan 2-3 mm yang terbatas pada margin gingiva, gambaran kemerahan tidak sebanding dengan jumlah plak dan karang gigi yang terlihat, tidak ada sariawan, luka, poket, maupun kehilangan perlekatan pada gusi.

2. Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)
Ditandai dengan perkembangan penyakit yang cepat disertai inflamasi nyeri akut pada gusi dengan kerusakan jaringan lunak. Terlihat kemerahan gusi yang berat yang diliputi lapisan pseudomembran putih keabuan yang berisi sel radang dan bakteri, kecenderungan perdarahan pada membran mukosa, bau mulut dan rasa sakit. Karakteristik khas pada penyakit NUG adalah tampak terlihat adanya depresi interdental papil (punch-out papilla) yang meluas pada marginal gingiva.

3. Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP)
Penyakit ini menyerupai NUG, namun melibatkan kematian sel pada jaringan lunak, kerusakan jaringan periodontal yang sangat cepat, dan kehilangan tulang interproksimal. NUP terjadi kerusakan tulang alveolar dan adanya kehilangan perlekatan periodontal.

4. Kandidiasis Pseudomembran
Penyakit ini merupakan infeksi jamur pada mulut dan atau kerongkongan yang umumnya disebabkan oleh jamur spesies Candida. Kandidiasis pseudomembran terlihat seperti plak putih ukuran 1–2 cm atau lebih luas di mukosa mulut. Jika dihilangkan akan meninggalkan sebuah peradangan, terkadang area kemerahan atau perdarahan.

5. Cheilitis Angular
Penyakit ini terdapat di sudut bibir, dikelilingi oleh kemerahan atau keretakan di sudut bibir. Lesi ini sering terinfeksi oleh Candida dan Staphylococcus aureus.

6. Recurrent Stomatitis, Canker Sores, Non-Specific Ulcers
Rekuren (SAR) merupakan suatu gangguan umum yang ditandai ulserasi oral berulang yang terbatas pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda lain dari penyakit sistemik. Faktor predisposisi dari SAR yaitu stres, faktor genetik, defisiensi hematologi (kekurangan zat besi, asam folat atau vitamin B12), kelainan imunologi, faktor-faktor lokal, seperti trauma, alergi makanan dan pasta gigi yang mengandung Sodium lauryl sulfate. Infeksi HIV dianggap sebagai faktor predisposisi untuk SAR terkait defisiensi imun. SAR pada pasien HIV biasanya lebih parah, lebih lama penyembuhannya, terasa nyeri berat dan mengganggu fungsi berbicara, mengunyah, dan menelan. Akibat dari gejala tersebut, pasien cenderung mengalami kekurangan gizi, penurunan berat badan, kesulitan dalam menelan obat-obatan yang mengganggu kualitas hidup.

7. Kaposi’s Sarcoma
Sarkoma kaposi adalah kanker yang berkembang dari sel-sel yang melapisi kelenjar getah bening atau pembuluh darah. Penyakit ini sering terlihat pertama kali sebagai tumor pada kulit atau pada permukaan mukosa, seperti di dalam mulut. Pasien yang terinfeksi HIV mempunyai risiko 100 hingga 300 kali lebih sering terkena penyakit ini dibanding pasien yang tidak terinfeksi HIV.

Sumber :
- Nurfianti, N., Pradono, S. A. (2019). Clinical Features Recurrent Aphthous Stomatitis in Patient with Human Immunodeficiency Virus Infection (Case Report). Majalah Sainstekes, 6(2), 098–105.
- Ersha, R. F., Ahmad, A.(2018). Human Immunodeficiency Virus – Acquired Immunodeficiency Syndrome dengan Sarkoma Kaposi. In Jurnal Kesehatan Andalas: Vol. 7(Supplement 3) (pp. 131–132)
- Mersil, S., Dhia, N. (2023). Unspecified parotid gland swelling (Case report). In Cakradonya Dent J (Vols. 15–15, Issue 1, pp. 70–80).
- Astuti, L., & Komala, O. N. (2023). Manifestasi Lesi yang Sangat Terkait dengan HIV/AIDS pada Jaringan Periodontal. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti, 8(2), 337–344.
- Munthe, E. K., & Setiadhi, R. (2020). Necrotizing Ulcerative Stomatitis Mimicking Erythema Multiforme pada Pasien dengan HIV Seronegatif. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 32(2), 38.
- Hamzah, M. S. (2023). Penyuluhan Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). In Jurnal Abdimas Kedokteran & Kesehatan (Vol. 1, Issue 1, pp. 25–27).

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Klinik Satriabudi Dharma Medika © 2023

Thanks for submitting!

bottom of page